Dalam praktek keagamaan, oleh kelompok puritan, adat disingkirkan. Adat dinilai sebagai tidak pantas berdampingan agama. Adat manusia, agama Tuhan. Adat relatif, agama mutlak. Adat lokal, agama universal, dan seterusnya.

Bagaimana orang Bugis menerima agama? Bagaimana mereka mempraktekkan adat. Dan bagaimana pula mereka menjalani keduanya?

Hamzah Sahal dari NU Online telah mewawancarai Prof. Dr. Nurhayati Rahman beberapa waktu lalu di kantornya, Universitas Hasanudin, Makassar, Sulawesi Selatan.

Sampai hari ini, Nurhayati adalah orang Bugis yang konsisten menyelami budayanya sendiri dengan cara akademik. Dari menulis skripsi, tesis, hingga disertasi, aktivis Muslimat NU Sulawesi Selatan ini menulis tentang La Galigo.

Empat ratus tahun lalu Islam sudah mendarat di sulawesi selatan. Artinya Islam juga sudah lama bergumul dengan Sulawesi Selatan lengkap dengan seluk-beluk keyakinan, kebudayaannya. Apakah Anda bisa memberi ilustrasi bagaimana keduanya bergerak?

Di sini ada sebuah sejarah lisan yang sangat terkenal dan popular di kalangan masyarakat pedesaan. Ada dialog antara Nabi Muhammad dan Sawere Gading (tokoh utama dalam agama tradisonal orang Bugis yang terdapat dalam karya sastra La Galigo, red). Diceritakan Nabi Muhammad bertemu dengan Sawere Gading. Keduanya berdebat dan beradu kesaktian.

Di sana diceritakan nabi Muhammad adalah seorang yang pandai berargumentasi dan juga sakti secara fisik. Nabi bisa berjalan di atas lautan tanpa alat bantu, dan mukjizat-mukjizat lain yang tidak dimiliki Sawere Gading. Karena Nabi Muhammad demikian sakti dan sempurna, akhirnya Sawere Gading menyerah kalah. Karena kalah, Sawere Gading menyerahkan semuanya kepada Muhammad. "Saya pergi saja. Saya akan kembali ke asalku. Dunia beserta isinya kuserahkan kepadamu, Muhammad. Terserah Engkau mau diapakan." Begitu kira-kira ungkapan penyerahan Sawere Gading kepada Muhammad.

Apa makna cerita itu?

Yang penting dari cerita ini adalah bukan sahih atau tidak, tapi struktur berpikir orang yang bercerita, orang yang menciptakan cerita itu. Yang paling penting di sini adalah bagaiamana ulama dulu menjelaskan  Islam masuk lewat pintu-pintu peradaban, lewat gerakan kultural, bukan kekuasaan, bukan Perda, apalagi kekerasan. Yang demikian ini, jauh lebih efektif. Jangan lupa, Perda juga bentuk interpretasi, hasil tafsiran seseorang. Jadi klaim bahwa Perda itu murni Al-Qur'an merupakan kebohongan luar biasa. Kita tahu Islam itu ada NU, Muhammadiyah, PERSIS, Ahmadiyah, Syi'ah, dan lain sebagainya.

Kalau faktanya demikian, aliran dan tafsir mana yang mau diperdakan, mana yang mau diformalkan? Oleh karena itulah sekarang kita melihat ada orang yang tidak setuju dengan Perda-perda Syari'at Islam. Kalau Islam diperdakan akan menjadi tunggal, yang akhirnya memihak kelompok tertentu. Pasti kan ada resistensi dari bawah, yaitu mereka yang merasa tafsir Islamnya tidak terakomodir. Ini salah satu problem penerapan Syari'at Islam.

Tadi disebutkan ada "Paradigma Lama" dan ada "Paradigma Baru". Bisa dijelaskan lebih jauh?

Yang dimaksud 'paradigma lama' adalah kepercayaan tradisional orang Bugis. Kitab sucinya bernama La Galigo, nabinya Sawere Gading. Itulah tadi yang berdebat dengan Nabi Muhammad di puncak gunung. Sedangkan 'paradigma baru' itu agama Islam yang kita kenal sekarang ini, berkitab Al-Qur'an dan nabinya, Muhammad bin Abdullah.

Sejarah agama dan adat di Indonesia ini dipenuhi konflik panjang dan terjadi di mana-mana. Perang Padri adalah salah satu bukti nyata dari konflik antara adat dengan agama. bisakan Anda menjelaskan dalam konteks Sulawesi Selatan?

Saya ingin mengungkapkan bahwa kerajaan yang ada di sini begitu istimewa. Seorang raja bertahta bukan karena dia anak sebagaimana terjadi di Yogyakarta, Inggris, Jepang, Maroko, Arab Saudi, dan lain-lain, melainkan dipilih oleh Dewan Adat. Dewan ini berfungsi mirip dengan DPR. Selain Dewan Adat, agamawan juga terlibat dalam proses bernegara. Keduanya tidak ada yang diunggulkan di mata sang raja, keduanya berposisi sama, sederajat.

Apa yang ingin Anda tunjukkan?

Saya ingin mengatakan bahwa kehidupan yang rukun antara agama dengan adat pada waktu itu merupakan peran ulama atau imam yang cerdas membaca situasi lokal. Mereka cerdas dan kreatif dalam berdialog, bahkan sampai pada tingkat kehidupan sehari-hari yang sangat detail. Misalnya, sampai hari ini kita masih menjumpai pembacaan Al-Qur'an dan Barzanji bersamaan dengan pembacaan La Galigo pada upacara pernikahan, khitanan, ataupun kelahiran.

Atau misalkan lagi bagaimana ulama mengganti tradisi memberi makanan ke laut, disebut Mappano, karena mereka menganggap ada nenek moyang di sana, diganti dengan membawa ke masjid. Sedangkan membawa sesajen ke gunung, disebut Mappaenre, diganti dengan membawa makanan ke imam. Jadi, setelah masuk Islam Mappano berarti membawa makanan ke masjid, sedangkan Mappaenre ke rumah imam, tidak lagi ke laut atau ke gunung.

Tapi buktinya sekarang ada ketegangan antara kaum adat dengan agamawan?

Pengamatan saya, yang membuat adat dan agama tegang adalah kelompok Islam yang datang belakangan. Mereka menghukumi ritual yang saya sebut tadi syirik dan berbau bid'ah. Inilah yang membuat kisruh kehidupan beragama dan beradat rusak. Setelah masa kemerdekan, kehidupan masyarakat adat, yang di dalamnya juga masyarakat Islam, menjadi semakin runcing karena kebijakan politik yang tidak paham situasi masyarakat bawah.

Kesimpulannya, pengembangan Islam secara kultural jauh lebih cair dan nyaman bagi siapa saja. Beda halnya dengan cara-cara kekuasaan, Perda dan segala macamnya. Ada satu kreativitas lagi yang membuat saya kagum dengan ulama dulu. Dalam fiqih, orang zina muhshan kan harus dirajam. Tapi ulama dulu di sini tidak melakukan itu. Ulama di sini menghukum orang berzina dengan Malawong, di-lawoni, diberi kain kafan. Pezina dimandikan, dikafani, dibacakan talqin, lalu dibuang ke laut. Maaf, bukan berarti saya membetulkan cara-cara seperti ini, tapi yang saya suka mereka telah berkreasi, tidak menjiplak mentah-mentah, meskipun datang dari ajaran agama.

Contoh lagi, soal pembagian waris. Dalam kewarisan, orang Bugis itu menganut persamaan hak antara laki-laki dengan perempuan. Saya tidak membayangkan seperti apa resistennya mereka jika dikatakan bahwa dalam Islam, bagiannya perempuan hanya setengah dari laki-laki. Karena nilai waris di Bugis begitu kuat, ulama tidak mengatakan mentah-mentah aturan Al-Qur'an. Ulama bugis lalu mengatakan malempa orane, ma'junjung makunrae. Maksudnya laki-laki memikul (dapat dua), sementara wanita membawa barang di kepalanya cuma satu.. masih banyak contoh-contoh bagaimana ulama memperkenalkan islam di tanah bugis. Mereka memperkenalkan syari'at lewat jendela kultur, tidak dengan kekerasan, tidak dengan perang, tidak juga dengan pemaksaan dari atas. Memang islamisasi di sulawesi selatan ini lewat istilah jihad, tapi sudah dimaknai lain, yaitu siri, penegakan harga diri, martabat, dan rasa malu. Jadi islam ditegakkan melalui siri.

Apakah maksudnya jihad itu berarti bukan al-qital?

Ada juga yang berarti al-qital. Tapi imajinasi perang dalm jihad tidak sekuat makna lain.

Apa bisa disimpulkan bahwa Islam menerima adat?

Saya ingat. Ayah saya bergaul dengan para Bissu, pendeta dalam agama tradisonal. Kalau kita pergi ke kampung-kampung di acara perkawinan, yang mendandani kan para Bissu. Satu-satunya suku di dunia ini yang menghargai trans gender ya Sulawesi Selatan. Di sini multikultur sejak dulu. Coba Anda bayangkan, seseorang yang kelaminnya "tidak lazim", bahkan di banyak komunitas dipinggirkan, justru dihargai. Bissu jadi tokoh agama. Para Bissu adalah orang yang status sosialnya sangat tinggi. Kenapa demikian? Karena mereka dinilai adil, tidak memihak. Mereka dianggap bisa menjadi perantara kaum laki-laki dan kaum perempuan kepada Tuhan.

Apakah orang Islam menerima tradisi Bissu?

Orang Islam di sini membiarkan praktek seperti itu. Mereka bergaul tanpa ada prasangka apapun. Kecuali pada massa DI/TII. Pada masa itu para Bissu dihabisi. Juga pada masa Orde baru. Rezim menggelar "operasi tobat". Orde Baru menganggap mereka menyimpang.

Bisa dijelaskan lebih jauh siapa itu Bissu?

Bissu adalah pendeta agama tradisional di kalangan masyarakat Bugis. Mereka ada yang Islam dan ada yang tidak. Yang tidak Islam ada di suku Tolotang di Sidrap dan Singka, serta agama Patungtung di Kajang, Bulukumba. Tak ada yang berubah meskipun mereka Islam. Islam dan kepercayaan lama melekat jadi satu. Mereka naik haji, tapi juga melaksanakan ajaran nenek moyangnya. Kalau orang Bugis merantau, orang tuanya pasti akan menasehati, "Nak, ingat yang diajarkan leluhur kita." Bukan mengatakan, "Nak, ingat pesan Nabi." Perilaku-perilaki mereka biasa disebut mapadua. Inilah satu bukti bahwa Islam di Sulawesi Selatan  begitu kuat menyatu dengan adat, dengan ajaran sebelumnya.

Apakah pernah terjadi ketegangan antara Islam dengan adat?

Pernah. Dan sampai sekarang masih ada. Muhammadiyah menggusur praktek-praktek keagamaan mereka. Tapi NU tidak. Orang NU suka sekali dengan kaum adat. Ada cerita bahwa di satu desa orangnya tidak mau masuk Islam, tidak mau mengikuti ajaran Muhammad, kecuali mereka mendengar burung-burung di gunung bersaut-sautan di pagi hari. Ini pesan para orang tua mereka. Ayah saya yang NU membuat suasana seperti yang mereka imajinasikan. Akhirnya mereka masuk Islam. Tapi Muhammadiyah tidak melakukannya, karena dianggap tidak islami. Itulah sebabnya, Islam di sini berkembang, karena Islam di sini menerima ajaran nenek moyang mereka. Professor Cristian Peldrof membuat analogi menarik untuk orang Islam di Bugis. Dia bilang, "Orang Bugis itu di tangan kirinya sejarah masa lalu, sementara di tangan kanannya pembaharuan."

Apa maksudnya?

Maksudnya adalah bahwa orang Bugis mau menerima nilai-nilai baru, asalkan nilai-nilai lamanya juga tetap berjalan. Orang Bugis terbuka menerima ajaran dari luar selagi ajaran nenek moyangnya bisa dipraktekkan.

Mana yang lebih unggul di antara "tangan kanan" dan "tangan kiri"?

Jangan salah. Di antara kedunya tak ada yang lebih unggul. Keduanya adalah harmoni. Harmoni di antara langit dan bumi, siang dan malam, kanan dan kiri. Ibu yang disebut Cristian Peldrof sebagai harmonisasi di antara dua yang berlawanan.

Apakah bisa disimpulkan agamawan yang selama ini garang dengan kaum adat adalah sikap a historis dengan dengan sejarah Islam Bugis di Sulawesi Selatan?

Kurang lebih begitu. Saya melihat orang-orang yang tidak ramah dengan adat di sini itu orang Islam yang Arab, bukan orang Islam yang Bugis. Ketidakramahan itu semakin menjadi-jadi ketika Orde Baru hanya mengakui lima agama saja. Orde Baru mendatangkan guru agama Hindu di sekolah, anak-anak ya tidak paham, mereka tidak menerima. Yang membuat kisruh itu mereka, Orde Baru dan Islam Arab. Kita di sini baik-baik saja. Contoh, orang Tolotang yang Islam dan yang tidak berbaur tanpa ada prasangka apapun. Identitasnya juga sama. Kalau Anda datang ke sekolah, Anda tidak bisa membedakan mana yang Islam dan mana yang bukan. Baju dan kerudung mereka sama. Mereka berbaur dalam upacara perkawinan, kematian, dan lain-lain. Yang membedakan mereka hanya rumahnya. Kalau tiang rumahnya bulat itu Tolotang, sementara yang Islam segi empat. Itu saja.
***

Apa yang melatarbelakangi Anda menulis skripsi, tesis dan disertasi tentang La Galigo?

Begini. Ibu saya seorang bangsawan Bugis. Ia hadir di tengah-tengah keluarga dengan segenap kebugisannya. Sementara ayah saya datang dari tradisi santri yang kental. Keduanya menyatu dan mempengaruhi kehidupan kami. Umpamanya, sewaktu kecil saya sering mendengar nenek saya mengaji kitab "Hikayat Nabi Bercukur". Kitab itu dinyanyikan selepas shalat. Nada nyanyian itu persis seperti pembacaan La Galigo di rumah-rumah tiap malam Jumat. Saya jadi bertanya-tanya, kenapa orang Bugis sulit melepas tradisinya, padahal tradisi baru (Islam, red.) sudah datang?

Kalau orang Bugis diperdengarkan kitab La Galigo, mereka bisa senyum-senyum, bisa menangis. Dan mereka kuat sampai tiga malam. Selebihnya ya karena saya ingin tahu secara mendalam La Galigo. Belum ada orang Bugis yang menuliskan sejarahnya sendiri.

Apa yang diajarkan La Galigo?

Kalau maksud pertanyaan Anda apakah La Galigo islami atau tidak. Jawabnya ada yang islami, ada yang tidak. Konsep ketuhanannya mungkin tidak islami. Mereka mempunyai dua dewa, dewa yang bermukin di atas langit dan dewa yang menempati bawah laut. Tapi konsep kejujuran, satunya kata dengan perbuatan, keadilan, sangat islami.

Apakah konsep ketuhanan juga dibaca oleh orang Islam? Apakah dipila-pilah?

Tidak. Tapi kalau orang Islam mendengarnya bisa tertegun. Entah itu artinya apa. La Galigo dibaca sesuai acaranya. Perkwainan beda dengan kematian, panen padi beda dengan pembacaan mengiringi orang mau merantau. Masing-masing ada babnya tersendiri.

Begini, orang Islam itu kalau dibawa ke nuansa Islam, maka seluruh dunianya Islam semua. Sikap yang sama juga ketika mereka masuk ke dunia adat, maka seluruhnya akan berubah, mereka masuk ke dunia adat dengan segala pernak-perniknya. Sikap seperti ini tidak hanya dilakukan orang Islam, juga mereka yang menganut Kristen.

Di antara ribuan baris yang ada di La Galigo, apa yang paling membuat Anda terkesan?

Tentu ada. Yang paling terkesan adalah soal bagaimana sikap orang ketika ada rintangan yang menghalang. Kira-kira isinya begini. "Apabila Engkau bertemu dengan kesulitan, bisa musuh atau apa saja yang menghadang perahu di tengah laut, belokkanlah perahumu tujuh kali. Kalau itu pun tak diberi jalan, maka hadapkanlah perahumu tujuh kali ke kiri. Kalau keduanya tidak diberi jalan, barulah engkau tempuh jalan kesulitan itu."

Ini pesannya La Pananrang kepada anaknya, To Pananrang ketika mau berlayar ke China. Pesan ini yang sering saya kutip untuk menasehati anak muda. Janganlah Anda bertindak emosional kalau belum berpikir tujuh kali ke kanan dan tujuh kali ke kiri. Jadi empat belas kali. Coba Anda bayangkan, dalam dan bijaksana sekali nasihat itu. Saya yakin kalau kita melakukan nasihat itu, tidak ada kebrutalan apapun di sekitar kita.

Sejarah Singkat NU

Kalangan pesantren gigih melawan kolonialisme dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatut Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1916. Kemudian tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri (Kebangkitan Pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Selanjutnya didirikanlah Nahdlatut Tujjar, (Pergerakan Kaum Sudagar) yang dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagi kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.

Sementara itu, keterbelakangan, baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan Kebangkitan Nasional. Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana--setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain, sebagai jawabannya,  muncullah berbagai organisai pendidikan dan pembebasan.

Ketika Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni mazhab wahabi di Mekah, serta hendak menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam maupun pra-Islam, yang selama ini banyak diziarahi karena dianggap bi'dah. Gagasan kaum wahabi tersebut mendapat sambutan hangat dari kaum modernis di Indonesia, baik kalangan Muhammadiyah di bawah pimpinan Ahmad Dahlan, maupun PSII di bahwah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman, menolak pembatasan bermadzhab dan penghancuran warisan peradaban tersebut.

Sikapnya yang berbeda, kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta 1925, akibatnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu'tamar 'Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekah yang akan mengesahkan keputusan tersebut.

Didorong oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebsan bermadzhab serta peduli terhadap pelestarian warisan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri yang dinamai dengan Komite Hejaz, yang diketuai oleh KH. Wahab Hasbullah.

Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hejaz, dan tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya. Hasilnya hingga saat ini di Mekah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan madzhab mereka masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah serta peradaban yang sangat berharga.

Berangkat dari komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kiai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari sebagi Rais Akbar.

Untuk menegaskan prisip dasar orgasnisai ini, maka KH. Hasyim Asy'ari merumuskan Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam Khittah NU , yang dijadikan dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.

KATA GURU BESAR HSF

orang sukses adalah orang yang mencari solusi bilamana mengalami suatu permasalahan tapi orang gagal jika mendapat masalah yang dicarinya adalah alasan-alasan dan alasan....

IED ILA MA'HAD HSF

Sekedar mengingatkan hari Selasa, 06 September 2011 semua santri/santriyah Hasinul Fitriyah harus sudah mudik ke pondok lagi. bagi yang tidak tanpa ada keterangan yang akurat seperti biasanya ada sanksi khusus. hatur nuhun.....

Seperti halnya dipesantren lainnya pada bulan suci Ramdhan tahun ini kita mengadakan kegiatan pengajian pasaran. Yang mana kitab yang di kajinya adalah kitab Durrotunnasihin. Semoga saja tamat dan barokah. Amin.....

MARHABAN YA RAMADHAN

Atas nama keluarga besar Pondok Pesantren Hasinul Fitriyah mengucapkan MARHABAN YA RAMADHAN 1432 H. semoga kita semua selalu diberikan kekuatan oleh Allah SWT. amin....
Lebih semangat lagi ya puasanya... Ingat setiap aktivitas kita semuanya akan dilipat gandakan oleh Allah SWT asal niat kita ibadah...

ORGANISASI SANTRI PESANTREN HASINUL FITRIYAH (OSPHF)
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAMIYAH
PONDOK PESANTREN HASINUL FITRIYAH
DSESA/KEC. RANCAH KAB. CIAMIS
Sekretariat : Jl. Dadiharja No. 503 Rancah Hilir-Rancah-Ciamis Hp. 081572074949
e-mail : hsf_community@yahoo.co.id atau http://hasinulfitriyahrancah.blogspot.com
Nomor     :     003/OSPHF/HSF/07/2011     Rancah, 21 Juli 2011
Lampiran     :     -   
Perihal     :     Pemberitahuan    
    Kepada :        
    Yth. Orang Tua/Wali Santri/Santriyah        
    Di -        
    Tempat        

Assalamualaikum Wr. Wb.

Salam silaturahmi teriring do’a semoga kita sukses dalam menjalankan amanat ilahi robbi sebagai kholifatu fil ardi dalam rangka menyebarkan syiar islam secara kaffah.
Dalam rangka mempersiapkan segala aktivitas santriyin/santriyat pada bulan suci Ramadhan maka sudah selayaknya kami pengurus Pondok Pesantren Hasinul Fitriyah memperhatikan masalah  konsumsinya. Adapun untuk mewujudkan program tersebut haruslah ada dukungan dari para orang tua/wali santri. Maka dari itu kami mengundang orang tua/wali santri/yah untuk hadir dalam rangka memusyawarahkan masalah tersebut yang insya allah akan dilaksanakan pada :
hari/tanggal             : Minggu, 24 Juli 2011
tempat             : Ponpes. Hasinul Fitriyah Rancah
waktu             : Pukul 08.00 WIB s.d selesai 
Demikian pemberitahuan dari kami semoga dapat dimaklumi adanya dan dapat hadir tepat pada waktunya. Terimakasih.

Wasasalamualaikum Wr. Wb. 
Ketua Pelaksana,



UST. SODIK MUHAMMAD L    Sekretaris,



OMAN KOMARUZAMAN
Mengetahui,
Pimpinan Pondok Pesantren Hasinul Fitriyah,



KH. Drs. UUS HUSNAN

Diberitahukan kepada alumni HSF angkatan 2005 meliputi :
1. Oman Komaruzaman
2. Nanang Budiman
3. Aris Saeful Anwar
4. M. Y. Sidik
5. Khaerudin
6. Rexy Maenaki
Pada tanggal 3-4 Syawal 1433 H kita adakan reunian di Objek Wisata Batu Karas Kec. Cijulang Kab. Ciamis. Kita konfoy dari Rancah untuk mengenang kebiasaan kita waktu dulu. Semuanya WAJIB IKUT !!!!

Profil Pesantren :
Hasinul Fitriyah merupakan sebuah lembaga pendidikan pesantren yang berada di wilayah kecamatan Rancah, tepatnya berada di dsn. Rancah Hilir (Depan Terminal Baru Rancah).
Pesantren ini didirikan oleh keluarga besar H. Juhandi dan Hj. Eha Julaeha pada tahun 1993 dengan pimpinan KH. Drs. Uus Husnan. Tujuan didirika pesantren ini yaitu untuk
mensyiarkan ajaran agama islam yang mana dimaksudkan untuk mencetak generasi penerus yang bermanfaat bagi agama, nusa, bangsa, dan negara. Hampir semua santri yang mendomisili disana
adalah para pelajar dari setiap sekolah yang berada diwilayah kec. Rancah. Semoga saja dengan para santri sekaligus pelajar dapat menjadi kader yang balance dalam segala bidang garapannya demi
mewujudkan masyarakat yang beriman, sejahtera dan kondusip.
Keterangan lebih lanjut hubungi sekretaria Ponpes Hasinul Fitriyah.
Kitab yang dikaji :
KELAS I
Akhlaqul Banin
Fiqhul Wadih
Durusul Fiqhiyah
Hidayatul Mustafid
Matan Bina
Safinah
Fathul Athfal
Tankihul Qaol
Hadits Arbai’n
Qiasan
Bulugul Marom
Aluma
Al-Qur’an
Bahasa Arab
KELAS II
Jajariyah
Jurmiah
Sorof Kaelani
Tizan
Sulamuttaufik
Riyadul Badi’ah
Khulasoh
Aqo’id
Taqrib
Baenama
Tafsir Yasin
Latoiful Isyaroh
Alfiah
Mizan Qubro
Jauhar Maknun
Sirojuttolibin
Muslim
Kifayatul Akhyar
Adduza
KELAS III
Nahwul Wadih
Muhtarol Hadits
Durratunnasihin
Imriti
Yaqulu
Nurul Yaqin
Uquduluzen
Mutamimmah
I’anatuttalibin
Daqoiqul Ahbar
Waroqot
Jauhar Tauhid
Goyaul Wusul
Fiqih Siasat
Uqudul Zuman
Baequniah
Bukhori
Mawaris
Jam’ul Jawame
SUSUNAN PENGURUS
PONDOK PESANTREN HASINUL FITRIYAH
DUSUN RANCAH HILIR DESA/KEC. RANCAH KAB. CIAMIS
Sekretariat : Jl. Dadiharja No. 503 Depok-Rancah-Ciamis-Jawa Barat 46387
PIMPINAN         : KH. DRS. UUS HUSNAN
WAKIL PIMPINAN         : UST. SODIK MUHAMMAD LATIF
KABID PENDIDIKAN     : KH. ABAS BASYARI, BA
KABID YAYASAN         : HJ. EHA JULAEHA
KABID ASRAMA         : HJ. NANI FITRIANI
KABID PEMBANGUNAN     : H. JUHANDI
KABID KEUANGAN         : UST. SODIK ML
KABID ADMINISTRASI     : OMAN KOMARUZAMAN
KABID HUMAS         : H. EMAN SULAEMAN AL-FARISY, S.PdI
KABID TATA RUANG     : H. IRFAN HILMI
PENGAJAR         : UST. SODIK ML
PENGAJAR         : UST. DEDI TARYONO
PENGAJAR         : UST. DIDIN FURQONUDIN
PENGAJAR         : UST. KHAERUDIN
PENGAJAR         : UST. AGIL M L
PENGAJAR         : USTDH. SITI SA'ADAH
PENGAJAR         : USTDH. TITI
PENGAJAR         : USTDH. IRMA M
RO'IS A'M         : KHAERUDIN
ROI'S KHOS         : OMAN KOMARUZAMAN

ADART PESANTREN HASINUL FITRIYAH
TATA TERTIB DAN TATAKRAMA
MADRASAH/PONDOK PESANTREN HASINUL FITRIYAH
BAB I
ADMINISTRASI
Pasal 1     : Status Santri Mukimin
    1.    Santri mukimin atau murid TPA Madrasah/PP. Hasinul Fitriyah – Depok yang sah adalah mereka yang telah terdaftar dikantor sekretariat PP. Hasinul Fitriyah dan telah memenuhi semua persyaratan administrasi.
2.    Santri yang telah dianggap sah wajib menempati kobong atau kelas yang telah ditentukan oleh pengurus PP. Hasinul Fitriyah.
Pasal 2    : Keuangan
    1.    Setiap santri/TPA wajib membayar iuran pembinaan Madarsah/PP. Hasinul Fitriyah dan iuran listrik yang telah ditentukan oleh pengurus PP. Hasinul Fitriyah.

BAB II
PENDIDIKAN
Pasal 1    : Pengajian
    1.    Wajib mengikuti pengajian sesuai dengan kelasnya pada waktu yang telah ditentukan.
2.    Dilarang meninggalkan kelas pada waktu pengajian tanpa seizin guru yang bersangkutan.
Pasal 2    : Mubaligin, Aurod dan Marhaban
    1.    Wajib mengikuti khitobahan khos setiap malam Kamis pada minggu ke 1, 2 dan 3 dikobong masing-masing.
2.    Wajib mengikuti khitobahan a’m setiap malam Kamis pada minggu ke 4.
.
    3.    Wajib mengikuti aurodan dan marhaba setiap malam Jum’at ditempat yang telah ditentukan.
Pasal 3     : Shalat Berjama’ah
    1.    Wajib melaksanakan shalat berjama’ah di mesjid PP. Hasinul Fitriyah setiap waktu kecuali ketika tidak ada di lingkungan PP. Hasinul Fitriyah atau sedang sekolah.
2.    Wajib berada ditempat 10 menit sebelum adzan.
3.    Wajib hapal dan mengikuti wiridan.

BAB III
KETERTIBAN DAN KEDISIPLINAN
Pasal 1     : Pakaian
    1.    Wajib berpakaian rapi dan sopan, perlihatkan ruh islam dan nilai-nilai kebaikan.
2.    Wajib berpakaian seragam santri putra@berkopeah, santri putri@berkerudung.
3.    Dilarang memakai kalung, gelang, anting dan sejenisnya yang menyerupai perempuan bagi laki-laki.
4.    Dilarang memakai celana pendek dan sejenisnya yang menyerupai laki-laki bagi wanita.
Pasal 2    : Ketentuan Makan
    1.    Bagi santri putra boleh makan di tungku PP. HSF atau diwarung sekitar PP. HSF.
2.    Bagi santri putri wajib makan didapur PP. HSF atau disatukan dengan dapur keluarga.
Pasal 3     : Sikap, Perilaku dan Penampilan
    1.    Wajib berkata santun dan sopan harus membuktikan nilai-nilai kepesantrenan dan ruh islam.
2.    Dilarang memiliki dan mengedarkan buku-buku porno dan barang yang memabukan.

    3.    Dilarang berkelahi, tawuran dan hal-hal yang menimbulkan permusuhan.
4.    Dilarang menemui dan ngobrol dengan lawan jenis diluar lingkungan pesantren.
5.    Dilarang menonton bioskop atau film dan mendatangi tempat hiburan kecuali pengajian.
Pasal 4     : Keamanan/Perizinan
    1.    Dilarang meninggalkan komplek madrasah/pesantren tanpa izin pengurus pesantren.
2.    Wajib memiliki buku izin pulang dan keluar komplek.
3.    Izin pulang bagi santri diluar kabupaten sedikitnya dua bulan sekali, bagi santri yang didalam kabupten minimal satu bulan sekali dengan membawa surat izin setelah ditandatangani oleh ro’is dan pimpinan pesantren.
4.    Dilarang meninggalkan komplek pesantren lewat pukul 21. 00 WIB tanpa seizin pengurus/petugas.
5.    Wajib melaksanakan patrol.

BAB IV
KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KETERTIBAN (K3)
    1.    Wajib memelihara dan menjaga kebersihan, ketertiban dan keindahan lingkungan pesantren.
2.    Wajib membuang sampah pada tempat yang telah ditentukan.
3.    Dilarang menyimpan alas kaki diruang mesjid/madrasah.
4.    Wajib melaksanakan kebersihan kobong dan lingkungan asrama sesuai jadwal yang telah ditentukan.
5.    Hidupkan keindahan dan kenyamanan kobong.
BAB V
ATURAN TAMBAHAN
    1.    Dilarang melawan dan menentang keamanan pengurus pesantren dan keluarga besar pesantren Hasinul Fitriyah.
2.    Setiap pelanggaran yang dilakukan dengan sengaja dan sadar tannpa ada paksaan akan dikenai sanksi sesuai dengan bab yang dilanggar dari TATA TERTIB PP. Hasinul Fitriyah.

BAB VI
SANKSI – SANKSI
    1.    Tahapan sanksi yang akan diberikan sesuai dengan pelanggaran dan dilakukan berulang-ulang. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
-    Teguran langsung
-    Diperingatkan
-    Ditindak
-    Disidangkan
-    Konfimasi kepada orang tua/wali
-    Dipulangkan kepada orang tua/wali
2.    Jenis – Jenis Sanksi
Sanksi yang diberikan sesuai dengan beratnya pelanggaran dan sesuai dengan keputusan Majelis Tahkim dengan tahapan sebagai berikut :
a.    Diberikan tugas hapalan/talaran mata pelajaran di pesantren Hasinul Fitriyah secara langsung.
b.    Membersihkan kobong dan lingkungan asrama.
c.    Dijilid didepan umum atau diasrama.
d.    Digunduli.
e.    Didenda dengan uang.
f.    Dipulangkan.
KIAT SUKSES MENDAPAT ILMU
Dalam kitab Ihya Ulumudin ( 1 : 49 ) Imam Ghazali mengemukakan 10 macam tugas pelajar sebagai kiat untuk menuju sukses. Kesepuluh macam tersebut adalah :

Mengutamakan penyuscian jiwa dari akhlak yang tercela. Hal ini mengingat bahwa ilmu itu merupakan ibadah hati, shalatnya hati dan taqorubnya hati kepada Allah SWT.
Sebagaimana shalat yang menjadi tugas anggota badan, tidak sah tanpa kesucian dari hadats dan najis. Begitu pula dengan batin memakmurkan hati dengan ilmu, tidak akan berhasil tanpa kesucian jiwa dari kotoran-kotoran. Rosulullah bersabda :

Kotoran jiwa atau perbuatan dosa merupakan salah satu sebab mudahnya lupa dan sulitnya hapalan. Penyair berkata :



Aku mengadu kepada Waki’ tentang lemahnya hapalanku
Ia memberikan petunjuk agar aku meninggalkan ma’siat
Karena hapalan itu anugerah allah
Sedangkan anugerah Allah tidak akan diberikan kepada orang-oran yang durhaka.
Harus mengurangi persangkutan-persangkutan berupa kesibukan terhadap dunia dan hendaknya jauh dari keluarga dan tempat asal.
Hal ini karena hati manusia tidak bisa dibagi-bagi perhatiannya, maka pada saat belajar khususkanlah perhatiannya pada belajar, hindarkanlah gangguan-gangguan duniawi seperti harta, tahta dan wanita. Allah berfirman :

“Dan Allah tidak menjadikan bagi seseorang dua hati dalam dadanya”
Pepatah Arab mengatakan :
Jika kamu berada dalam sesuatu maka hendaklah kamu berada dalam sesuatu itu.
Tidak merasa besar terhadap guru dan ilmu :
Ilmu itu bagaikan air selalu mengalir ketempat yang lebih rendah. Demikian ilmu hanya kan bermuara pada orang-orang yang tawadlu.
Penyair mengatakan :

Ilmu itu lari dari pemuda yang tinggi hati seperti air bah lari dari tempat yang tinggi.

Jangan dulu mendengarkan perbedaan-perbedaan para ulama, hal ini karena bagi yang baru belajar akan menimbulkan kebingungan, mana yang benar dan dia tidak bisa membedakan dan memilihnya.
Jangan meninggalkan satu cabang ilmu yang terpuji, kecuali dipertimbangkan kegunaan akhirnya. Jika waktu mendukung maka dalamilah, dan jika atau kurang mendukung, maka ambilah dulu yang paling penting.

Jangan menyelami cabang ilmu secara sekaligus tapi harus bertahap dan ambil dulu yang paling penting.

Jangan dulu teruskan pelajaran, sebelum pelajaran yang lalu diujikan kepada guru yang bersangkutan.

Mengenal dulu yang paling pokok dan paling mulia yaitu ilmu Tauhid.
Baik niatnya dalam belajar :
Niat belajar yang dibenarkan dalam agama antara lain:
1.    Mencari ridha Allah.
2.    Mencari kesenangan akhirat.
3.    Memberantas kebodohan diri.
4.    Menghidupkan agama Allah.
5.    Melestarikan islam.
Mengenal tujuan belajar :
Sepanjang ia ingin kesenangan dunia dan akhirat maka sepanjang itu pula ia harus mempelajari ilmu untuk kepentingan dunia dan akhirat.
Dan carilah kesenangan akhirat pada apa yang diberikan Allah kepadamu, tapi  jangan lupa bagaimana kesenangan dunia.


Barang siapa mengharapkan dunia maka hendaklah dengan ilmu, barang siapa mengharapkan akhirat hendaklah dengan ilmu, dan barang siapa mengharapkan keduanya hendaklah dengan ilmu.
Dari ungkapan imam Al- Ghazali, hadits nabi serta beberapa ayat Al-Qur’an mengenai kiat sukses mendapat ilmu yang bermanfaat dapat direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari dipesantren dengan rincian sebagai berikut :
1.    Kita hendaknya bisa berakhlaqul karimah dan memilih teman.
2.    Menyadari dunia kita sendiri sebagai sntri, artinya kita tidak boleh tertarik oleh kebudayaan yang hanya mengacu pada keindahan dunia yang mengurangi konsentrasi kita untuk menekuni pengetahuan.
3.    Sebagai sntri diharapkan tidak tinggi hati merasa cepat puas dengan ilmu yang sudah didapat.
4.    Menghormati guru/Ta’dim, dalam arti taat akan perintahnya.
5.    Jangan memperbesar perbedaan pendapat para ulama, sebaiknya lebih tekuni satu madhab secara utuh, baru mempelajari yang lain sebagai bahan perbandingan.

;;
SELAMAT DATANG DI SITUS RESMI PONDOK PESANTREN HASINUL FITRIYAH

Blogroll

INFO HUBUNGI : 0815-7207-4949 atau (0265)740023